Kebebasan itu
Bukanlah bila kita bisa terbang di awan biru
Atau menari-nari di dalam hujan
Atau berdakapan di khalayak tanpa segan
Kebebasan itu
Adalah anugerah Tuhan yang hadir
Tatkala hati terasa lapang
Minda tidak terbeban
Batin tidak menyeksakan
Deria mampu menilaikan
dan akal masih setia mewaraskan
Kebebasan akan datang
Bila hidup kita dengan tujuan
Mengenali, mendekati dan mencintai Tuhan
Lepas segala tanggungan
Hilang semua bebanan
Kerana biar ribuan halangan
Langkah untuk kepadaNya terasa ringan
Nikmat cinta padaNya tiada bandingan
"Aku menjumpai kembali
Cintaku yang telah hilang pada Ilahi
Inilah perawat duka penawar hiba
Hubungan cinta teragung antara Tuhan dengan hamba"
" Untungnya orang mukmin, semakin banyak masalah, semakin mustajab doanya, bukan perjuangan tanpa kesulitan, tapi dalam kesulitan ada ketenangan, memugar kekuatan..kita tidak sendirian.."
Sunday, February 27, 2005
Quote of the day
"Islam bukan mencari tapi Islam dicari, Islam bukan sekadar perbuatan tapi memerlukan penghayatan, Islam itu mudah, tapi jangan permudahkan"
Monday, February 21, 2005
Kisah mangkuk cantik, madu dan sehelai rambut..
Suatu ketika, Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Uthman berkunjung sebagai tetamu ke rumah Ali. Di sana mereka dijamu oleh Fatimah, puteri Rasululllah SAW sekaligus isteri Ali bin Abi Thalib. Fatimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan,sehelai rambut jatuh melayang dekat mereka. Rasulullah SAW segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap tiga benda tersebut, iaitu mangkuk yang cantik, madu dan sehelai rambut.
Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata, “iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW tersenyum, lalu menyuruh Umar untuk mengungkapkan kata-katanya. Umar segera berkata, “kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW kembali tersenyum, lalu berpaling kepada Uthman seraya mempersilakannya untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka.
Uthman berkata, “ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW kembali tersenyum kagum mendengar perumpamaan yang disebutkan para sahabatnya itu. Baginda pun segera mempersilakan Ali bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-katanya.
Ali berkata, “tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW segera mempersilakan Fathimah untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka.
Fathimah berkata, “seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang mengenakan purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tidak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.
Setelah mendengarkan perumpamaan dari para sahabatnya, Rasulullah SAW segera berkata, ‘seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan perbuatan baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas, lebih sulit dari meniti sehalai rambut.”
Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan. “menegakkan tiang-tiang agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehalai rambut”.
Allah SWT membuat perumpamaan dengan firmanNya dalam hadis Qudsi, “syurgaKu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat syurgaKu itu lebih manis dari madu dan jalan menuju ke syurgaKu lebih sulit dari meniti sehalai rambut”.
http://www.ukhwah.com/
Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata, “iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW tersenyum, lalu menyuruh Umar untuk mengungkapkan kata-katanya. Umar segera berkata, “kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW kembali tersenyum, lalu berpaling kepada Uthman seraya mempersilakannya untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka.
Uthman berkata, “ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW kembali tersenyum kagum mendengar perumpamaan yang disebutkan para sahabatnya itu. Baginda pun segera mempersilakan Ali bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-katanya.
Ali berkata, “tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.Rasulullah SAW segera mempersilakan Fathimah untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka.
Fathimah berkata, “seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang mengenakan purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tidak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.
Setelah mendengarkan perumpamaan dari para sahabatnya, Rasulullah SAW segera berkata, ‘seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan perbuatan baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas, lebih sulit dari meniti sehalai rambut.”
Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan. “menegakkan tiang-tiang agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehalai rambut”.
Allah SWT membuat perumpamaan dengan firmanNya dalam hadis Qudsi, “syurgaKu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat syurgaKu itu lebih manis dari madu dan jalan menuju ke syurgaKu lebih sulit dari meniti sehalai rambut”.
http://www.ukhwah.com/
Friday, February 04, 2005
Countdown to Awal Muharam
Enam hari lagi awal muharam akan menjelma.
Begitu besar pengorbanan kaum muhajirin ketika itu. Mereka taat pada perintah Allah dan Rasul supaya meninggalkan kota Makkah. Segala harta ditinggalkan bahkan mungkin kaum keluarga sendiri. Pergi hanya membawa diri dengan berbekalkan iman di dada. Mereka yang berhijrah tidak pasti sama ada dapat berjumpa kembali dengan kaum keluarga yang ditinggalkan. Tiada gambar untuk diingati, tiada talefon untuk dihubungi apatah lagi e-mail. Tapi kaum Muhajirin tetap SANGGUP BEKORBAN.
Kaum Ansar pula sedia menanti dan menerima. Walaupun tidak berkemampuan tetapi sanggup mendahulukan kaum Muhajirin. Berikan tempat tinggal dan makanan walaupun sendiri tidak makan. Tidak pernah mereka mengenali sebelum ini tetapi yang mereka pasti antara mereka adalah saudara seIslam.
The Lost Spirit of Hijrah
Subscribe to:
Posts (Atom)